Candi Hindu yang terletak di Yogyakarta, tepatnya di Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman ini diperkirakan dibangun pada masa kerajaan Mataram Hindu saat Rakai kayuwangi memerintah. Hal ini berdasarkan pada kedua prasasti, yaitu Prasasti Sumundul dan Prasasti Pananggaran yang ditulisi bahasa sansekerta dengan huruf palawa. Kedua prasasti ini juga bertuliskan angka 791 saka yang dalam masehi berarti tahun 869 masehi. Kedua arca ini ditemukan ketika penggalian dengan lebar 45 cm, tinggi 75 cm dan tebal kurang lebih 23 cm di dekat arca guru Dewa Siwa yaitu Agastya.
Isi prasasti ini menyatakan tentang pembebasan pajak tanah desa Parhyangan dan Pananggaran serta pembuatan bendungan dan pembangunan bangunan suci Tiwaharyyan. Selain tu pada prasasti ini juga terdapat ancaman dan kutukan untuk para pelanggar aturan. Candi ini letaknya nggak jauh dari Candi Sambisari dan Candi kalasan, kurang lebih berjarak 2,5 kilometer dari Candi Sambisari dan 3 kilometer dari Candi Kalasan. Seorang penambang pasir menemukannya pertama kali pada tahun 1993 secara tidak sengaja ketika sedang menambang pasir di area ‘Tanah Bengkok’ di Desa Tirtomartani ini.
Proses Rekonstruksi
Saat ditemukan, reruntuhan candi ini dulunya dalam keadaan tertutup lahar dari gunung merapi, sehingga dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk merekonstruksinya. Penggalian yang dilakukan oleh para arkeolog BP3 kemudian dilakukan secara bertahap dan sangat hati-hati karena reruntuhan candi ini dalam keadaan berserakan dan tertimbun sedalam 6 meter. Setelah kegiatan penggalian yang cukup lama, akhirnya para arkeolog berhasil memperlihatkan candi sepanjang 13,7 meter dan tinggi 8,0009 meter ini dilahan seluar 4 ribu meter.
Uniknya, beberapa bagian candi ini berada di bawah permukaan tanah, bahkan candi perwara yang berada di sisi selatan candi terletak tepat dibawah jalan desa. Hingga saat ini proses penggalian dan rekonstruksi masih terus dilakukan dalam upaya menyatukan kembali susunan bangunan yang telah lama runtuh ini. bahkan karena sulitnya, untuk menyatukan satu bagian saja bisa menghabiskan waktu berhari-hari bahkan sampai berminggu-minggu.
Setelah kamu puas melihat proses rekonstruksi dan bangunan candi yang belum lengkap ini, kamu bisa beristirahat sambil menggali informasi lebih banyak pada petugas informasi candi. Disini kamu bisa melihat berbagai dokumentasi sejak reruntuhan candi ini pertama kali ditemukan hingga saat proses rekonstruksi candi. Di sini juga disimpan aneka gerabah yang kemungkinan dulunya berada di dalam candi juga serpihan-serpihan kayu yang berasal dari pepohonan yang dulu tumbuh disekitar candi.
Kompleks Candi
Dari penelitian, para ahli berpendapat bahwa dalam Candi kedulan terdapat sebuah candi yang menghadap ketimur yang merupakan candi utama dan 3 candi yang berdiri berjajar dari utara ke selatan yang merupakan Candi Perwara. Di area kompleks candi ini juga terdapat dinding yang mengelilingi dari sisi timur hingga barat.
Jika dilihat secara saksama, kamu akan melihat beberapa kemiripan antara candi ini dengan Candi Sambisari. Seperti ukuran dan bentuknya, pagar luarnya, dan juga berbagai arca, serta lingga dan yoni yang ada di dalam candi. Berbagai relief dewa, roset, sulur-suluran dan batik juga ada pada beberapa bagian dinding candi ini. Didalam candi Kedulan bahkan juga ada arca Durga, arca Ganesha, arca Agastya dan Mahakala serta Nandaka dan Nandiswara yang merupakan tunggangan Dewi Durga di pintu masuk candi seperti yang ada di candi-candi Hindu lainnya.