Belajar Sejarah Penyebaran Agama Buddha Dari Candi Mendut

Candi ini terletak di Kapubaten Magelang, tepatnya di Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, kurang lebih berjarak 38 kilometer dari kota Yogyakarta. Jika sedang berkunjung ke Candi Borobudur, kamu bisa sekalian mampir ke Candi mendut yang hanya berjarak 3 kilometer saja dari Candi Borobudur. Candi ini juga dipercaya terkait dengan Candi Pawon di Yogyakarta. Sampai saat ini, belum ada yang mengetahui secara pasti berapa usia candi ini sebenarnya. Namun yang pasti, candi ini usianya lebih tua dari Candi Borobudur.

Berkas:Mendut Temple Afternoon.jpg

Image by https://id.wikipedia.org

Sejarah Candi

Meskipun belum dapat dipastikan berapa umur candi ini, namun menurut Casparis, candi ini dibangun oleh seorang raja dari Wangsa Syailendra yaitu Raja Indra sekitar 824 Masehi. Hal ini berdasarkkan isi Prasasti Karangtengah yang menyebutkan bahwa sebuah bangunan suci Wenugama yang diartikan sebagai hutan bambu atau Candi Mendut telah dibangun oleh Raja Indra tahun 824 Masehi.

Candi Mendut ditemukan pada tahun 1836 pada masa pemerintahan Belanda. Setelah semua bagian ditemukan, Belanda kemudian melakukan usaha pemugaran pada tahun 1897-1904. Pemugaran kedua dilakukan pada tahun 1908 dengan dipimpin Van Erp untuk memperbaiki dan menyempurnakan bentuk atap serta melakukan pemasangan kembali stupa-stupa. Pemugaran kedua ini sempat dihentikan karena kekurangan dana dan baru dilanjutkan 17 tahun kemudian.

Kompleks Candi

Candi ini memiliki bentuk dasar segiempat dan mempunyai tinggi 26,40 meter. Di dinding kaki candi, kamu bisa melihat berbagai pahatan sulur-suluran dan bunga serta cerita yang terukir menjadi relief disepanjang panel-panelnya. Sedangkan di sepanjang didnding luarnya terdapat saluran air atau Jalawadra yang biasa ada di candi-candi di Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Untuk menuju selasar, kamu bisa menggunakan tangga sisi barat yang berada tepat di depan pintu masuk ruangan candi. Uniknya, di candi ini tidak terdapat gapura maupun bingkai pintu seperti yang biasa ada di candi-candi yang lainnya. Namun kamu bisa menemukan hiasan disepanjang dinding tangga yang berisi cerita tentang ajaran Buddha. Atap candi ini juga unik, mirip dengan candi yang ada di Gedongsanga dan Dieng, terdiri dari 3 lapisan kubus yang semakin keatas ukurannya semakin kecil. Di sekeliling kubus-kubus itu sendiri terdapat 48 stupa berukuran kecil.

Berkas:Buddha Mendut.jpg

Image by https://upload.wikimedia.org

Setelah memasuki candi, kamu bisa menikmati berbagai cerita dari relief yang dipahat didindingnya. Seperti relief Hariti dan Kuwera yang merupakan sepasang suami istri yang  berada di dinding utara dan selatan serta relief Bodhisattwa Avalokiteswara yang berada di tubuh candi. Semua relief ini menceritakan kehidupan Budha beserta orang-orang yang pernah bertemu Buddha seperti Hariti dan Kuwera  ini. Relief-relief seperti ini akan banyak kamu jumpai di candi-candi peninggalan Buddha lainnya seperti Candi Sewu, Candi Kalasan dan Candi Banyunibo.

Didalam candi ini terdapat 3 buah Arca Buddha, yaitu Arca Buddha Sakyamuni dengan posisi menghadap ke arah pintu yang menggambarkan sikap mewejangkan ajaran. Yang kedua Arca Bodhisattva Avalokiteswara dengan posisi di sebelah kanan ruangan menghadap ke selatan yang menggambarkan Buddha penolong manusia. Kemudian yang terakhir yaitu Arca Maitreya yang berada di sisi kiri menghadap utara ruangan yang menggambarkan Buddha pembebas manusia. Diluar bangunan candi ini sendiri masih ada banyak batuan reruntuhan yang hingga kini masih dicoba diteliti untuk direkonstruksi.

Kamu dapat mengunjungi candi Mendut mulai dari jam 6 pagi sampai jam 6 sore dengan mengeluarkan uang 2 ribu rupiah saja. Murah kan?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *