Ini nih, salah satu candi peninggalan Kerajaan Hindu di pulau Jawa. Candi ini terletak 10 kilometer dari kota Yogyakarta, tepatnya di Sambisari, Desa Purwomartani, Kabupaten Sleman. Oleh karena itulah candi ini terkenal dengan nama Sambisari karena memang terletak di Dusun Sambisari. Candi yang beraliran Syiwaistis ini diperkirakan telah berdiri sejak tahun 800an Masehi pada abad ke 19 dan kemungkinan dibangun pada masa Rakai Garung. Seorang petani secara tidak sengaja menemukan candi ini saat mencangkul di ladang miliknya pada tahun 1966 yang lalu.
Keunikan Candi Sambisari
Pada tahun 1987, 21 tahun setelah ditemukannya bongkahan batu candi ini, akhirnya ke elokkan candi ini bisa dinikmati oleh banyak orang. Kompleks candi ini sendiri terdiri dari 3 candi pendamping dan sebuah candi utama dengan pembatas 2 pagar yang mengelilingi candi. Kamu juga bisa melihat bahwa di setiap arah juga terdapat 8 lingga patok yang tersebar sebagai pembatas.
Kalau kamu datang ke sini, kamu akan melihat keunikan candi ini. Berbeda dengan candi-candi lainnya, Candi Sambisari berada dikedalam 6,5 m dari permukaan tanah. Jadi kalau kamu baru pertama kali kesini, seakan-akan candi ini muncul dari dalam tanah. Selain itu, Candi Sambisari juga tidak memiliki alas, sehingga kaki candi yang sejajar dengan tanah berfungsi sekaligus sebagai kaki candi. Kamu juga tidak akan menemukan aneka hiasan maupun relief pada kaki Candi Sambisari ini, tidak seperti di candi-candi lainnya.
Memasuki candi, kamu akan menemukan hiasan seekor singa dalam mulut hewan ajaib dari mitologi Hindu yang disebut Makara. Di India, hewan ini juga bisa kamu temui beupa perpaduan buaya berekor bengkok atau gajah dan ikan. Kemudian setelah mencapai selasar, kamu akan menemukan 3 relung berisi arca. Jangan heran jika kamu merasakan kemiripan ketiga arca ini dengan arca yang ada di Candi prambanan, karena memang arca disini sama dengan yang ada di Candi tersebut.
Arca tersebut yaitu Arca istri Dewa Siwa, yaitu Dewi Durga yang bisa kamu temui pada relung di sebelah utara dengan 8 buah tangan yang masing-masing membawa senjata. Kemudian ada arca putra Dewa Siwa dan Dewi Durga yaitu Ganesha yang berada disebelah timur. Kemudian yang terakhir ada arca guru Dewa Siwa yaitu Agastya disebelah selatan yang terlihat dengan tasbih di lehernya.
Dilihat dari keberadaan Yoni dan lingga di bilik utama candi, kamu pasti bisa langsung tahu bahwa bangunan ini sebenarnya dibangun untuk tempat pemujaan Dewa Siwa. Lingga dan yoni ini berukuran cukup besar, sekitar 1, 5 meter dan biasa digunakan untuk membuat air suci. Di luar candi induk, kamu akan menjumpai lagi 3 candi yang menjadi pendamping candi utama. Ketiga candi ini tidak memiliki atap dan di bagian dalamnya kamu bisa melihat hiasan berbentuk bunga teratai atau padmasana dan naga.
Jika lelah berjalan-jalan di kompleks candi ini, kamu bisa beristirahat dengan duduk-duduk maupun bersantai sambil menikmati keelokan kompleks candi ini dan melihat dokumentasi ketika candi ini ditemukan, mulai dari ketika kompleks ini masih berupa ladang, sampai ketika proses penggalian dan pemugaran candi ini. Candi ini buka setiap hari mulai jam 9 pagi hingga jam 4 sore. Untuk mengunjunginya, kamu hanya perlu mengeluarkan uang 3 ribu rupiah saja. Murah bukan?