Candi ini terletak di Kabupaten Klaten, tepatnya di Padukuhan Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan. Candi yang sudah berdiri sejak abad ke-8 ini sangat dekat dengan Candi Prambanan, hanya terpisah sekitar 800 meter saja. Candi ini menjadi candi Budha tertua setelah Candi Kalasan dan menjadi candi Buddha kedua terbesar setelah Candi Borobudur. Meskipun dinamakan Candi Sewu atau dalam bahasa Indonesia Candi Seribu, namun candi ini sebenarnya hanya memiliki 249 candi saja.
Image by https://id.wikipedia.org
Sejarah Candi
Candi ini, berdasarkan dua prasasti yang ditemukan pada tahun 1960 yaitu Prasasti Kelurak berangka 782 dan Prasasti Manjusrigrha yang berangka 792, memiliki nama “Prasada Vajrasana Manjusrigrha”. Manjusrigrha dalam ajaran Buddha termasuk dalam salah satu Boddhisatwa yang berarti “Rumah Majusri”, sedangkan Vajrasana berarti tempat Wajra bertakhta dan Prasada berarti kuil atau candi. Candi ini diperkirakan telah berdiri sejak masa pemerintahan Rakai Panangkaran yang merupakan raja dari kerajaan Mataram Kuno.
Karena bangunannya yang menempati komplek yang cukup luas, candi ini diperkirakan menjadi pusat kegiatan ajaran Buddha dan menjadi Candi Buddha Kerajaan. Selain itu, karena letaknya yang sangat dekat dengan Candi Prambanan yang merupakan candi peninggalan Hindu, memperkuat dugaan bahwa dulunya kedua umat agama ini telah hidup berdampingan secara harmonis.
Candi Sewu pernah beberapa kali dibangun dan dipugar untuk diperluas. Seperti misalnya pada zaman Rakai Pikatan, pangeran pada masa dinasti Sanjaya yang telah memperluas komplek candi ini. Kemudian baru-baru ini, setelah candi ini menderita kerusakan yang cukup parah akibat gempa yang terjadi Mei tahun 2006 yang lalu, candi ini kembali dipugar.
Selain banyaknya bebatuan yang pecah, berbagai rekahan dan retakan juga muncul pada bangunan candi ini, sehingga dilakukan pemasangan rangka besi untuk mencegah tubuh candi runtuh. Meskipun sempat ditutup dan tidak boleh dimasuki oleh pengunjung dengan alasan keamanan, namun saat ini candi Sewu telah dibuka kembali setelah mengalami pemugaran yang cukup lama.
Image by https://commons.wikimedia.org
Kompleks Candi
Meskipun kamu dapat masuk ke kompleks candi ini dari keempat pintu masuknya, namun yang menjadi pintu utama adalah sisi sebelah timur candi. Disetiap pintu masuk, kamu akan langsung bertemu dengan penjaga berupa sepasang arca raksasa Dwarapala yang tingginya mencapai 2,3 meter.
Di dalam komleks candi, kamu bisa menemukan ratusan bangunan candi mulai dari yang kecil hingga yang paling besar yang terletak di tengah-tengah kompleks. Candi ini tersusun atas 4 baris, setelah candi utama yang berada di tengah-tengah, terdapat baris terluar yang terdiri dari 88 buah candi kecil, kemudian baris ketiga yang terdiri dari 80 candi, baris ke kedua yang terdiri dari 44 candi, kemudian baris pertama yang terdiri dari 28 candi.
Di kompleks candi ini, kamu juga bisa melihat arca Dhyani Buddha. Hal ini memperkuat perkiraan bahwa arca yang mengisi candi ini sama dengan arca yang ada di kompleks candi Borobudur. Meskipun begitu, menurut penelitian, arca-arca dan ornamen pada candi ini telah banyak berubah susunannya bahkan dipercaya ada yang hilang. Jika kamu berkunjung ke candi ini, akan terlihat bahwa banyak terdapat singgasanan batu dan landasan yang kosong. Diperkirakan dulunya dalam singgasana dan landasan-landasan yang kosong ini sebetulnya terdapat arca-arca yang lain.
Gimana? Tertarik belajar sejarah dengan berkunjung ke Candi Sewu? Selamat belajar dan have fun, ya!