Desa Banyusumurup, Pusat Kerajinan Aksesoris Keris Di Yogyakarta

Desa Banyusumurup adalah sebuah desa di Yogyakarta yang memiliki destinasi wisata utama yaitu sentra pembuatan aksesoris keris. Letaknya berada diĀ  sebelah tenggara Makam Raja-raja Imogiri, tepatnya di Desa Girirejo, Imogiri. Aneka kerajinan aksesoris keris ini, meskipun masih diproduksi dalam skala rumahan namun telah terkenal dan banyak hasil produksinya yang dikirim keluar kota seperti Jakarta dan Surabaya, bahkan hingga ke luar negeri seperti Belanda, Singapura, Malaysia dan Prancis.

Mulai dari sarung keris atau disebut warangka, serta gagang keris atau yang biasa disebut pendok dibuat oleh para perajin di desa ini. Kegiatan ini sudah berlangsung sejak lama, mulai dari tahun 1950-an sebelum berkembang dan menjadi pusat kerajinan aneka asesoris keris seperti saat ini.

Semar Kris (alt) 3.jpg Image by https://commons.wikimedia.org

Proses Pembuatan Warangka

Suasana desa Banyusumurup sangat nyaman dan sejuk meskipun menjadi pusat kerajinan asesoris keris. Meskipun dikatakan sebagai pusat kerajinan aksesoris keris, belum berkembang merek khusus maupun sanggar yang bisa menampung para pengrajin. Namun, ada satu pengrajin yang paling menonjol dan cukup terkenal diantara pengrajin-pengrajin lainnya di desa ini yaitu Pak Jiwo.

Nah, di rumah Pak Jiwo inilah kamu bisa melihat dan mempelajari proses pembuatan aneka asesoris keris. Bahan untuk membuat aneka aksesoris ini biasanya berasal dari kuningan lempengan. Proses pembuatannya cukup rumit, dibutuhkan kesabaran dan ketelitian ekstra untuk hasil akhir yang sesuai keinginan.

Pembuatan rangka keris ini prosesnya hampir sama seperti menatah keris. Alat-alat yang digunakan sederhana saja seperti alas yang dibuat dari aspal, paku tatah, dan palu. Sedangkan untuk proses pembuatannya lebih sederhana jika dibandingkan dengan pembuatan aksesoris keris yang lainnya karena nggak perlu melalui proses peleburan bahan terlebih dahulu.

Lempeng kuningan yang akan dibuat mennjadi rangka keris harus di patri terlebih dahulu kemudian baru ditatah. Sebelumnya, sarung keris yang masih polos ini harus dilekatkan pada alas yang terbuat dari aspal tadi agar proses penatahan motif dapat dilakukan dengan mudah.

Setelah proses penatahan selesai, mulailah tahap finishing, yaitu proses mempertegas bentuk rangka menggunakan batangan besi. Pada zaman dahulu, para pengrajin biasanya menggunakan air jeruk untuk mebuat warna menjadi lebih cerah. Namun karena kerumitan prosesnya dan banyaknya waktu yang dihabiskan, saat ini para pengrajin mulai meninggalkan cara tradisional tersebut dan mengganti air jeruk menggunakan larutan yang bersifat asam seperti HCI karena kepraktisannya.

Image by https://pixabay.com Image by https://pixabay.com

Proses Pembuatan Pendok

Untuk pembuatan pendok atau gagang keris, para pengrajin biasanya menggunakan kayu asem sebagai bahannya. Ada dua gaya yang biasa diikuti perajin dalam pembuatan gagang keris ini, yaitu gaya Yogyakarta dan gaya Solo. Apa bedanya?

Ternyata perbedaannya terletak pada lemgkungan dan ukurannya. Gaya pendok Solo umumnya lebih besar dan lengkung dibandingkan dengan pendok gaya Yogyakarta yang cenderung lebih kecil. Untuk ukiran, para pengrajin biasanya membuat sesuai keinginan para pemesannya, mulai dari ukiran dengan figur binatang seperti naga atau singa, hingga figur manusia. Rata-rata pengrajin di desa ini mampu menghasilkan sampai 2 warangka setiap harinya.

Rute

Kamu dapat mencapai desa ini menggunakan kendaraan pribadi maupun mengguakan kendaraan umum melalui terminal Giwangan Yogyakarta terus ke selatan. Sampai di pertigaan jalan menuju makam Imogiri, kamu akan menemukan petunjuk jalan ke arah desa ini. namun dari sini menuju desa belum terdapat angkutan umum, jadi akan lebih nyaman jika kamu menggunakan kendaraan pribadi menuju desa ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *