Napak Tilas Di Museum Sasmitaloka

museum_sasmitaloka_panglima_besar_jenderal_soedirman-commons-wikimedia-org

Image by : Commons.wikimedia.org

24 Januari 1916, tepatnya di Desa Bantarbarang, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Karesidenan Banyumas menjadi awal bagi pasangan Karisd Kartawiraji dan Siyem dimana kelahiran sang anak yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Tangisannya merupakan awal lahirnya tokoh besar dan revolusi Bangsa Indonesia. Mereka memberinya nama Sudirman. Sedangakan Raden merupakan nama yang diberikan oleh ayah angkatnya Raden Cokro Sunaryo.

Sudirman kecil menjalani pendidikan formalnya di Taman Siswa lalu melanjutkan pendidikan di HIK Muhammadiyah Solo. Raden Sudirman yang sangat aktif, terutama dalam organisasi kepanduan Hizbul Wathon akhirnya dipercaya untuk menjadi kepala Sekolah dasar Muhammadiyah di Cilacap pada tahun 1934.

Begitu banyak jasa beliau bagi Indonesia. Pantaslah jika kita mengingatnya sebagai salah satu pahlawan bangsa. Untuk napak tilas dan mengingat perjuangan beliau, cobalah berkunjung ke daerah Bintaran Wetan. Disana anda akan menemukan keidaman Panglima Jenderal Sudirman yang diberi nama Museum Sasmitaloka. Sasmitaloka sendiri diambil dari Bahasa Jawa yang artinya tempat untuk mengingat. Diharapkan tempat ini akan selalu mengingatkan kita akan jasa beliau walaupun beliau sudah tidak ada di dunia ini.

Sebelum menjadi Gedung Sasmitaloka, tempat ini memiliki sejarah yang sangat panjang. Gedung yang dibangun masa pemerintahan Hindia Belanda ini awalnya diperuntukkan bagu pejabat keuangan Pura Paku Alam Iv dan Tuan Winschenk hingga akhirnya rumah ini dikosongkan dan barang-barang did alamnya pun disita saat penjajahan Jepang. Hingga kemerdekaan Indonesia, tempat ini digunakan sebagai Markas Kompi Tuku Dari Batalion Suharto. Barulah di tanggal jenderal Sudirman sebagai Panglima tertinggi TKR menempati rumah ini dari tanggal 18 desember 1945 hingga 19 Desember 1948. Saat agresi Belanda II terjadi, rumah ini digunakan oleh Belanda untuk Markas IVG Brigade T dan berturut-turut digunakans ebagai kantor Komando Militer Kota yogyakarta lalu digunakan sebagai asrama Resimen Infantri XIII da penderita cacat (invalid). Hingga tepat tanggal 30 Agustus 1982 tempat ini diresmikan sebagai Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Sudirman setelah sebelumnya digunakan untuk Museum Pusat Angkatan Darat.

Memasuki Museum ini sebaiknya dimulai dari pintu Utara dimana pengunjung akan disambut dengan Prasasti. Sementara itu, patung Jenderal Sudirman akan menyambut saat pengunjung memasuki halaman depan bangunan induk. Monumen ini berupa patung Jenderal Sudirman dengan gagahnya menunggang kuda dnegan tulisan di keempat sisinya. Sementara di sisi utara monumen ada satu senjata mesin lengkap dengan meriam.

Di bagian depan bangunan induk terdapat tiga pintu dengan sebuah pintu yang menghubungkan bagian belakang dengan aula. Bangunan induks endiri memiliki enam ruangan yang satu sama lainnya saling berhubungan. Terdapat ruangan tamu di bagian depan yang berguna untuk menerima tamu jenderal Sudirman dengans atu set kursi di bagian utara dan satu set lainnya di bagian selatan. Selanjutnya di belakang ruang tamu terdapat ruang santai. Bagian tengah gedung induk hanya digunakan sebagai ruang keluarga. Disini juga terdapat satu set kursi beserta radio milik jendral Sudirman. Memasuki ruang kerja, terdapat snejata rampasan perang dab senjata yang baisnaya digunakan oleh Jendral Sudirman. Di sini jugakah ada tulisan Buya Hamka mengenai jenderal Sudirman yang menarik untuk dibaca.

Di bagian selatan ruang santai ada ruang tidur dari jenderal Sudirman yang terhubung dengan ruang tidur putra dan putri beliau di bagian Barat. Sedangkan aula digunakan sebagai ruang makan dan bermaik derta tempat beliau bercengkrama dnegan putra-putrinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *