Satu lagi situs peninggalan Mataram Kuno yang letaknya nggak jauh dari Candi Prambanan, yaitu Situs Ratu Boko. Lokasinya hanya berjarak 3 kilometer saja dari Candi Prambanan. Situs ini dulunya digunakan sebagai keraton, tempat ibadah sekaligus benteng pada masa Rakai Panangkaran yang merupakan salah satu dari keturunan Syailendra.
Kamu bisa melihat dengan jelas unsur-unsur Buddha dan Hindu dari patung Yoni dan Lingga serta Ganesha yang ada di dalamnya. Selain itu dalam Situs ini juga terdapat tulisa “Om Rudra Ya Namah Shawa” dalam lempengan emas yang menyiratkan bentuk pemujaan terhadap Dewa Siwa. Situs ini cukup unik karena berdiri diatas dua wilayah, padukuhan Dawung di desa Bokoharjo dan padukuhan sumberwatu di Desa Sambirejo yang keduanya berada di Kabupaten Sleman, kota Yogyakarta.
Sejarah Situs
Situs yang memiliki lusr area 25 hektar dengan ketinggian 196 meter dari permukaan laut ini berada 18 kilometer dari kota Yogyakarta. Menurut masyarakat setempat, Ratu Boko yang secara harfiah berarti ‘raja bangau’ ini adalah ayah dari Loro Jonggrang. Situs ini pertama kali ditemukan pada tahun 1790 oleh Van Boeckholzt. Namun baru pada tahun 1890an para peneliti datang ke reruntuhan ini. Bukit tempat reruntuhan situs Ratu Boko ini berdiri sebenarnya masih termasuk ke dalam pegunungan sewu yang membentang di selatan Yogyakarta.
Sebuah prasasti yang bertuliskan tahun 792 masehi yaitu Prasasti Abhayagiri Wihara menjadi bukti tertulis situs Ratu Boko. Prasasti ini juga menyebutkan sebuah kawasan diatas bukit yaitu Abhyagiri Wihara dan seorang tokoh yaitu Rakai Panangkaran atau Tejahpurnapane Panamkarana yang jika kamu membaca kembali sejarah merupakan salah seorang raja dari kerajaan Mataram Kuno.
Kompleks Situs
Di dalam kompleks situs Ratu Boko ini terdapat berbagai peninggalan, diantaranya gapura, ruang paseban, pendopo, keputern, pringgitan hingga kolam dan ceruk gua yang dulu biasa digunakan untuk meditasi. Berbeda dengan peninggalan kerajaan lainnya yang biasanya berupa candi, situs Ratu Boko ini merupakan kompleks profan yang lengkap. Selain itu, letaknya yang di atas bukit yang cukup tinggi, menjadi tantangan tersendiri untuk para arkeolog yang menelitinya.
Bisakah kamu membayangkan bagaimana para pekerja zaman dahulu membangun tempat ini? Betapa terlatihnya para pekerja tersebut mengelola bebatuan yang ada dibukit atau bahkan mengumpulkan bahan bangunan dari bawah bukit sehingga bisa membangun situs yang begitu megah ini waktu itu. Belum lagi cara mereka mengatur air untuk kebutuhan sehari hari. Padahal belum ada alat-alat modern seperti saat ini. Hebat kan?
Uniknya lagi, di gapura sebelah kiri ada tempat yang disebut sebagai ‘tempat kremasi” atau semacam tempat untuk sesajen atau altar kuno. Hal ini menyiratkan bahwa dulunya terdapat kegiatan rutin di sini.
Saat ini, situs Ratu Boko telah dimasukkan kedalam otoritas khusus dan masuk dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO. Karena itulah penataan ulang sempat dilakukan untuk menjadikan situs ini sebagai pusat kegiatan budaya dan pendidikan.
Untuk dapat masuk ke Situs ini, kamu harus membayar 25 ribu saja. Kamu bisa camping, trekking maupun belajar sejarah disini. Dan kalau kamu beruntung, dari Situs ini kamu bisa melihat indahnya Situs Prambanan dan kota Jogja dengan Gunung Merapi sebagai latar belakang. Kamu juga bisa menikmati sunset yang eksotik dengan membayar tiket sebesar 100 ribu rupiah saja.