Tradisi dan Budaya Pekalongan, Si Kota Batik

sadranan3

Image by : Kebudayaanindonesia.net

Pekalongan yang merupakan kota batik memiliki tradisi dan budaya yang unik. Kota ini terletak di Jawa Tengah, tepatnya di jalur Pantura yang menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya. Pekalongan dikenal dengan julukan kota batik karena corak batiknya yang sangat khas dan bervariasi. Pekalongan memang sebuah kota kecil tetapi sama seperti kota-kota lainnya, Pekalongan juga memiliki tradisi dan budaya sendiri. Batik yang terkenal dari Pekalongan pasti sebagian besar orang sudah mengenalnya. Akan tetapi tahukah Anda apa saja tradisi dan budaya di Kota Pekalongan? Dalam artikel ini akan diulas tiga tradisi dan budaya Pekalongan, si Kota Batik:

Budaya Sadranan Pekalongan atau sedekah laut Kota Pekalongan adalah tradisi yang dilakukan di Pekalongan oleh masyarakat nelayan dalam rangka memberi ucapan syukur atas hasil laut yang mereka peroleh, biasanya diadakan setiap tahun. Pada hari tersebut, nelayan-nelayan tidak melaut. Mereka akan membagikan hasil laut yang mereka peroleh kepada orang-orang sekitar melalui kegiatan seperti pertunjukkan kesenian, perlombaaan, dan pasar murah. Ada berbagai macam simbol yang digunakan dalam tradisi tersebut seperti: Air yang diambil dari tujuh sumber yang melambangkan sumber kehidupan; Mainan anak-anak yang melambangkan kebahagiaan; Bubur merah-putih yang melambangkan keselamatan; Ikan yang melambangan pelestarian alam; Rumah, uang, janur kuning dan bambu kuning yang melambangkan kemuliaan;  Pohon pisang, pai, dan tebu yang melambangkan keteladanan; Kepala kerbau yang melambangkan pengorbanan dan keikhlasan. Prosesi tradisi tersebut adalah dengan cara para nelayan membawa sesaji yang berbentuk seperti replika perahu ke tengah laut.

Pek Chun merupakan tradisi dan budaya di Pekalongan yang pada dasarnya hampir sama dengan budaya Sadranan. Perbedaannya adalah budaya Pek Chun ini dilakukan oleh warga Tiong Hoa yang ada di Pekalongan. Selain itu isi perahu dan waktu penyelenggaraannya juga berbeda. Tradisi ini dilaksanakan pada tanggal 5 bulan 5 kalender Cina untuk memperingati tokoh Cina (Khut Gwan) yang telah setia kepada negara. Acara yang khas dari tradisi Pek Chun adalah pertunjukkan seni barongsai, makan bersama, dan berbagai perlombaan. Pengunjung acara tradisi baik Sadranan maupun Pek Chun di Pekalongan bisa mencapai ribuan orang. Hal ini dikarenakan bukan hanya warga Pekalongan yang menghadiri acara tersebut tetapi juga dari berbagai masyarakat di luar Pekalongan ikut menyaksikan. Prosesi Pek Chun dilakukan dengan membakar replika kapal dan sesaji lalu membawanya ke laut sebagai bentuk rasa syukur dan harapan para warga agar mendapat rezeki yang melimpah.

Tradisi Syawalan di Pekalongan juga menjadi tradisi yang telah lama ada. Tradisi ini diadakan setiap 7 hari setelah lebaran Idul Fitri. Tradisi Syawalan tidak dilakukan di seluruh kota Pekalongan tetapi hanya di Krapyak Lor. Ciri khas tradisi ini adalah adanya sajian lopis raksasa untuk merayakan tradisi Syawalan. Lopis ialah makanan yang terbuat dari beras ketan dibungkus dengan daun pisang dan ditaburi kelapa parut di atasnya. Selain itu, mereka biasanya menerbangkan balon udara raksasa yang diiringi ribuan balon lainnya. Acara tersebut juga dimeriahkan oleh suara petasan. Bahkan tradisi Syawalan ini terlihat lebih meriah daripada hari lebarannya sendiri. Aktivitas pun baru mulai kembali normal seusai libur lebaran setelah perayaan Syawalan ini.

Setiap kota pasti memiliki tradisi dan budaya yang unik. Setiap tradisi dan budaya memiliki makna dan cara yang berbeda-beda. Darimanapun asal kota kita, hendaknya kita tetap melestarikan tradisi dan budaya yang ada di kota tersebut karena tradisi dan budaya juga merupakan bagian dari kekayaan Indonesia. Demikianlah ulasan mengenai tradisi dan budaya Pekalongan. Semoga bermanfaat bagi Anda.

One Comment on “Tradisi dan Budaya Pekalongan, Si Kota Batik”

  1. sangat menginspirasi sekali sebagai pembaca saya merasa sangat bangga karena dengan melestarikan budaya tradisional kita dapat tahu identitas budaya kita agar kita dapat tahu jati diri kita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *