Kesehatan merupakan anugerah dari Tuhan. Oleh karena itulah kita harus banyak bersyukur dengan beribadah dan berdoa serta dengan menjaga pemberiannya, termasuk menjaga kesehatan kita. Ada ratusan bahkan ribuan jenis masalah kesehatan yang mungkin bisa terjadi kepada kita, baik itu karena faktor internal maupun faktor eksternal. Salah satu diantaranya adalah thalasemia.
Image by https://www.flickr.com
Mungkin banyak diantara kamu yang belum mengenalnya. Menurut penelitian, thalasemia paling banyak ditemukan di Italia dan Indonesia. Dari 100 orang Indonesia, sekitar enam sampai sepuluh orang ditembukan sebagai pembawa gen thalasemia.
Jadi, apa itu thalasemia? Apa saja penyebabnya? Bagaimana ciri-ciri penderita thalasemia dan cara pengobatannya? Yuk, baca artikel ini dan kenali thalasemia lebih dekat!
Apa sih thalasemia itu?
Thalasemia adalah salah satu jenis penyakit anemia yang diakibatkan karena fungsi hemoglobin dalam tubuh berjalan tidak normal, sehingga asupan oksigen dalam tubuh menjadi sangat rendah. Hemoglobin sendiri merupakan hasil dari pengolahan zat besi yang terkandung dalam makanan yang kita makan oleh sumsum tulang. Karena hemoglobin tidak dapat berfungsi dengan normal, oksigen dalam paru-paru tidak bisa diantarkan keseluruh tubuh.
Lalu, apa penyebab thalasemia?
Penyakit thalasemia bisa terjadi karena faktor genetika dan bukan merupakan penyakit menular. Adanya mutasi pada DNA menyebabkan hemoglobin yang dihasilkan oleh pengolahan zat besi oleh sumsum tulang berjalan tidak normal. Namun sampai saat ini, belum dapat ditemukan penyebab mengapa mutasi ini bisa terjadi.
Bagaimana gejala penderita thalasemia?
Setiap orang memiliki gejala thalasemia yang berbeda-beda, tergantung pada tipe dan tingkat keparahan thalasemia yang mereka derita. Beberapa gejala yang sering dialami penderita thalasemia yaitu mudah sekali lelah, berat badan yang rendah, sakit kuning, dan sesak napas.
Dalam keaadaan normal, hemoglobin dalam tubuh memerlukan masing-masing 2 protein beta dan alfa. Jika terjadi kelainan pada masing-masing protein, dan mutasi pada material genetika pembuat hemoglobin, maka transfusi darah akan sangat dibutuhkan karena thalasemia yang parah. Tapi jika mutasi yang trejadi tidak terlalu banyak, gejala thalasemia akan lebih ringan.
Untuk mengetahui secara pasti apakah seseorang menderita thalasemia, dapat dilakukan beberapa tes seperti tes darah untuk menilai hemoglobin dan kandungan zat besi dalam darah. Selain itu, tes DNA juga harus dilakukan untuk mengetahui tipe thalasemia yang diderita oleh pasien. Pemeriksaan dini juga dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan antenatal yang dilakukan pada saat bayi masih didalam kandungan.
Bagaimana cara pengobatan pada penderita thalasemia?
Pengobatan untuk setiap penderita thalasemia berbeda-beda. Tansfusi darah secara rutin sangat diperlukan oleh penderita thalasemia, terutama thalasemia beta. Namun jika tidak diimbangi dengan terapi khelasi untuk membuang zat besi yang menumpuk akibat transfusi darah secara terus menerus, hal ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan lainnya bahkan komplikasi serius.
Transfusi darah tali pusat juga dapat dilakukan, namun untuk melakukannya penderita thalasemia harus mendapatkan donor yang benar-benar sesuai. Hal ini bisa didapatkan jika penderita tersebut memiliki keluarga atau saudara yang tidak memiliki penyakit thalasemia, karena kemungkinan akan kecocokannnya lebih besar. Kemungkinan keberhasilan untuk cara ini sebesar 80%.
Transplantasi sumsusm tulang juga bisa dilakukan, namun cara ini memiliki lebih banyak resiko dan tingkat keberhasilannya juga lebih rendah. Berbagai komplikasi seperti kemungkinan terkena stroke, kejang dan tumor dapat terjadi. Karena itulah, cara ini sangat jarang dilakukan dan biasanya dijadikan pilihan terakhir jika kondisi penderita thalasemia sudah benar-benar parah.
Nah, itu tadi sekilas tentang thalasemia. Jika kamu memiliki masalah kesehatan, segeralah periksakan diri kamu kepada dokter ahlinya. Dan jangan lupa selalu berdoa dan bersyukur atas kesehatanmu, guys!